Berlari Melawan Waktu: Gerak Cepat Pemkot Tangani Hulu Sungai Ampal
Diterbitkan 19 Mei 2025, 13:30 WIB

Areal DAS Ampal bedali hulu yang dalam penimbunan. (Foto:smartrt.nes/rama)
Smartrt.news, BALIKPAPAN, – Langit Balikpapan belum sepenuhnya cerah pagi itu, ketika deru ekskavator mulai menggema di kawasan rawa Hulu Sungai Ampal. Tanah lembek, air tergenang, dan suara lumpur teraduk jadi pemandangan harian bagi para pekerja. Namun, mereka tahu: pekerjaan ini bukan soal proyek biasa. Ini perlombaan melawan banjir. Dan waktu tak pernah bersahabat.
Di tengah hiruk-pikuk alat berat dan koordinasi lapangan, hadir semangat luar biasa—semangat untuk bertindak cepat, meski bukan sepenuhnya kewenangan mereka. Pemerintah Kota Balikpapan memutuskan untuk turun tangan langsung dalam penanganan pengurukan di kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS) Hulu Ampal. Bukan karena diminta, tapi karena tak ada lagi ruang untuk menunggu.
“Ini menyangkut keselamatan warga. Kita tidak bisa menunggu birokrasi terlalu lama,” ujar Wakil Wali Kota Balikpapan, Bagus Susetyo, Senin (19/5/2025).
Langkah Cepat dari Pos Tak Terduga
Meski penanganan aliran sungai adalah ranah Balai Wilayah Sungai (BWS) Kalimantan IV, Pemkot memutuskan untuk bergerak menggunakan dana dari pos biaya tak terduga. Langkah ini dinilai mendesak, menyusul makin meningkatnya risiko genangan yang mengancam infrastruktur dan permukiman warga.
“Tentu ini semua ada dasarnya, bukan asal-asalan. Ada kajian, ada dokumen pendukung. Kita hanya bergerak lebih cepat, karena situasi sudah darurat,” jelas Bagus.
Proyek yang telah berjalan sebulan ini melibatkan personel dari Kodim 0905 Balikpapan. Lima ekskavator dikerahkan untuk membuka saluran air sebelum proses penimbunan. Tiga saluran dibuat—satu di tengah dan dua di sisi kiri-kanan—agar aliran air tetap terjaga.
“Kalau airnya mandek, banjir tambah parah. Jadi kami pastikan aliran tetap lancar sebelum masuk tahap penimbunan,” terang Bagus.
Koreksi Desain Demi Daya Tampung
Menariknya, di tengah pelaksanaan proyek, tim dari Kodim mengambil inisiatif penting: menggali tanggul lebih dalam dari rencana awal. Dari dua meter, menjadi 2,8 meter.
“Ini antisipasi sedimentasi. Kalau cuma dua meter, cepat dangkal lagi. Kami ingin hasilnya tahan lama,” kata Bagus, mengapresiasi keputusan di lapangan.
Langkah ini menunjukkan bahwa penanganan darurat pun tetap memperhatikan aspek teknis jangka panjang. Karena bagi Pemkot, pekerjaan ini bukan sekadar menanggulangi banjir sementara—tapi investasi untuk masa depan kota yang lebih tahan bencana.
Ketika Lahan Jadi Penghalang
Meski alat berat terus bekerja, satu tantangan masih menghantui: pembebasan lahan. Dari total area yang ditangani, terdapat tiga pemilik lahan yang belum menyelesaikan proses administratif—meski dana konsinyasi sudah disiapkan dan dititipkan di Pengadilan Negeri Balikpapan.
“Saya sudah bicara langsung dengan Ketua Pengadilan. Kami minta jangan ada ego pribadi. Ini bukan soal satu-dua orang, tapi soal keselamatan ribuan warga,” tegasnya.
Harapan ke Pemerintah Pusat
Dengan total area mencapai 10 hektare dan kebutuhan dana hingga Rp100 miliar, Pemkot menyadari proyek ini tak bisa ditanggung sendiri. Harapan besar kini diarahkan ke pemerintah pusat, agar pembiayaan bisa masuk dalam APBN melalui BWS Kalimantan IV.
“DED-nya sudah siap sejak dua tahun lalu. Tinggal dukungan anggaran. Kalau itu cair, proyek bisa langsung jalan,” ujar Bagus.
Untuk saat ini, Pemkot hanya bisa mengerjakan bagian sementara—mengatur debit air agar banjir tak kembali meluas. Sementara, pembangunan fisik permanen ditargetkan mulai tahun depan.
“Kalau Ampal Hulu, kami urus pembebasan lahannya. Tapi untuk Ampal Primer yang sepanjang 4 kilometer, Pemkot yang kerjakan dari awal—termasuk DED, Amdal, sampai Larap-nya,” tambah Bagus, merinci peran masing-masing pihak.
Menang Sebelum Hujan Turun Lagi
Musim hujan mungkin masih beberapa bulan lagi. Tapi bagi warga di bantaran Sungai Ampal, bayangannya sudah cukup untuk membuat tidur tak nyenyak. Genangan, kerusakan, lumpur, dan air yang naik perlahan ke dalam rumah—itulah yang ingin dicegah.
“Kami tidak bisa menunggu terlalu lama. Kalau bisa dilakukan sekarang, kenapa harus ditunda?” tutup Bagus.
Karena dalam urusan banjir, yang tercepat bukan yang terbaik. Tapi yang bergerak duluan, adalah yang menyelamatkan. Dan di Hulu Ampal, Balikpapan memilih tak menunggu.
(Tim smartrt.news/rama)