Banjir Balikpapan, Kenapa Terjadi Berulang-ulang?

banjir
Banjir kawasan jl. MT Haryono.(Foto:smartrt.news/anang)

SMARTRT.NEWS – Banjir Balikpapan pada Jumat  (7/3/2025), menjadi perhatian banyak pihak. Bahkan menjadi konsumsi media nasional. Sebab banjir kali ini terjadi merata dan terbilang besar.

Wali Kota Balikpapan periode 2011–2021, Rizal Effendi sampai terheran-heran. Melalui pena tajamnya, ia menilai proyek banjir di Jl MT Haryono yang menguras APBD Rp 136 miliar seperti tak ada artinya. Kawasan Beller yang sudah menjadi langganan betul-betul dalam kondisi berat.

Selain Beller, tulis Rizal, ada sembilan titik lainnya yang juga diterjang banjir.

Yaitu kawasan Gunung Kawi, Gunung Guntur, Sungai Ampal, Sumber Rejo, Gang Mufakat, Gang Al Makmur, Balikpapan Baru dan Gunung Sari.

Menurut Rizal, Balikpapan menjadi viral juga di media sosial. Banyak warganet mencela dan mengkritik. Ribuan warga terganggu sahurnya.

“Ini ujian buat pemimpin baru Balikpapan terutama Pak Bagus yang baru ada,” kata mereka.

banjir

Di areal inilah air tertahan. Lokasinya di sebelah timur pertigaan Jl. MT Haryono dengan jalan menuju kawasan Beller. (smartrt.news/anang)

Proyek Ratusan Miliar Tak Berfungsi

Tapi kenapa banjir di kota ini terjadi berulang-ulang? Meski sudah dibuat proyek ratusan miliar untuk menanggulangi banjir, Balikpapan masih sering terendam banjir. Menurut Rizal Effendi, proyek yang menguras APBD Rp 136 miliar seperti tak ada artinya.

Anggota Parlemen Kaltim, S. Wibowo, menganalisa. Ia menilai penyumbatan saluran air menjadi masalah utama, seperti yang terjadi di wilayah Balikpapan Tengah.

Menurutnya saluran yang tidak sesuai menyebabkan aliran air terhambat dan genangan di berbagai titik. Dengan demikian, banjir Balikpapan terus terjadi berulang-ulang.

Wibowo mengklaim pihaknya telah meminta RT setempat mengusulkan perbaikan.

“Kalau kewenangannya ada di provinsi, maka akan ditangani provinsi. Jika menjadi tanggung jawab kota, saya siap membantu dengan anggaran,” jelasnya.

Selain itu, ia mengingatkan, pentingnya perbaikan drainase secara menyeluruh. Kalau hanya satu titik yang diperbaiki tanpa memperhitungkan aliran air di bagian bawahnya, hal itu justru bisa memperparah banjir di area lain.

Wibowo mencontohkan di beberapa wilayah, ada parit besar yang menyempit di bagian hilir. Di sana harus ada gorong-gorong bawah tanah agar air mengalir lebih lancar.

“Contohnya di Jalan Pembangunan, tanahnya berpasir sehingga lebih mudah larut dari tanah biasa,” ujarnya.

Selain sistem drainase, ia juga menyoroti pentingnya vegetasi dalam menyerap air, mengingat kondisi tanah di Balikpapan yang lebih banyak pasirnya.

Kata Wibowo pertumbuhan pembangunan yang pesat turut mempengaruhi sistem drainase kota. Ia menilai, banjir di Balikpapan lebih banyak karena masalah saluran air daripada banjir rob.

Legislator Karang Paci ini berpendapat kalau penyebabnya air pasang, maka solusinya pintu air. Untuk itu ia meminta Pemkot Balikpapan harus membangun sistem pintu air dengan sistem buka tutup.

DPRD Kaltim, lanjutnya, siap mendukung berbagai upaya penanganan banjir, terutama untuk proyek-proyek yang Pemerintah Provinsi Kaltim.

Hal lain yang ia tekankan, Pemkot jangan mudah memberi izin pembangunan tanpa mempertimbangkan dampaknya terhadap lingkungan. Harus jelas titik mana pemukiman, titik mana yang seharusnya menjadi area resapan air.

Nugi Irmawan