Balikpapan Harus Siap Hadapi Ancaman Banjir Rob

Pesisir Balikpapan / Smartrt/Sudarman
Smartrt.news, BALIKPAPAN = Fenomena banjir rob kembali menghantui pesisir Kaltim, termasuk Kota Balikpapan. BMKG memperingatkan potensi pasang laut tinggi 2,9–3 meter pada 1–10 Oktober 2025, dengan puncak sekitar 10 Oktober malam hari. Angka itu bukan sekadar data teknis, melainkan alarm nyata bagi warga pesisir dan pemerintah daerah.
Rob bukan hanya soal genangan air sementara. Dampaknya bisa meluas: rumah warga tergenang, jalan pesisir lumpuh, aktivitas pelabuhan terganggu, tambak perikanan rusak, hingga menimbulkan kerugian ekonomi yang tidak kecil.
Bagi kota seperti Balikpapan yang tengah dikepung arus pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN), kerentanan pesisir seharusnya jadi perhatian serius.
Sayangnya, hingga kini penanganan rob masih sering dianggap sebagai masalah musiman. Pemerintah sibuk memberi imbauan saat peringatan BMKG keluar, namun setelah surut, isu ini tenggelam kembali.
Padahal, perubahan iklim dan kenaikan muka laut membuat rob semakin sering dan ekstrem. Balikpapan tidak bisa lagi sekadar reaktif, tetapi harus membangun strategi jangka panjang.
Tanggul laut, sistem drainase modern, dan tata ruang pesisir yang bijak adalah kebutuhan mendesak. Penataan permukiman agar tidak semakin menjorok ke bibir pantai harus dilakukan, meskipun itu keputusan yang tidak populer.
Lebih dari itu, warga perlu dilibatkan dalam mitigasi. Edukasi sederhana — kapan puncak pasang, jalur evakuasi, hingga cara melindungi tambak — bisa menyelamatkan banyak kerugian.
Editorial ini menegaskan: banjir rob di Balikpapan bukan sekadar bencana alam, melainkan cermin lemahnya tata kelola pesisir. Kota minyak yang kini menjadi pintu gerbang IKN tidak boleh lengah.
Balikpapan harus membuktikan bahwa ia bisa tumbuh sebagai kota modern tanpa mengorbankan warganya yang tinggal di pesisir.
Jika tidak, rob akan terus datang bukan hanya membawa air laut, tetapi juga membawa pesan pahit: kita kalah oleh kelalaian sendiri.