Anak 12 Tahun Hilang di Sungai Kandilo, Diduga Disambar Buaya

tkp bocah hilang
Pencarian terhadap bocah 12 tahun yang hilang di Sungai Kandilo, Paser, masih terus dilakukan. Inilah TKP korban hilang.(Foto: smartrt.news/humas Polres Paser)

Smartrt.news, PASER,- Seorang anak berusia 12 tahun, Mitrah bin Halipah, dilaporkan hilang setelah terjatuh dari perahu di Sungai Kandilo, Desa Pulau Rantau, Kecamatan Tanah Grogot, Kabupaten Paser.

Insiden ini terjadi pada Selasa sore, 1 Maret 2025, saat korban sedang beraktivitas bersama saudari kandungnya. Diduga setelah jatuh dari kapalnya, korban diterkam buaya.

Berdasarkan keterangan saksi, korban semula berada di perahu yang kemudian tenggelam. Sang kakak, yang sempat naik ke daratan untuk mengambil timbaan yang lebih besar, kembali dan mendapati korban sudah tidak ada di perahu. Saksi juga melihat gelembung di permukaan air yang diduga berasal dari buaya, sehingga muncul kemungkinan bahwa korban telah diserang oleh hewan tersebut.

Kapolsek Tanah Grogot, IPTU Agus Sanyoto, mengungkapkan bahwa pencarian masih terus dilakukan oleh tim gabungan yang terdiri dari kepolisian, BPBD, dan warga setempat. “Kami terus berupaya semaksimal mungkin untuk menemukan korban. Semoga segera ada hasil,” ujarnya.

Pihak kepolisian juga mengimbau warga agar lebih berhati-hati saat beraktivitas di sekitar sungai, mengingat adanya laporan keberadaan buaya di kawasan tersebut.

Hingga berita ini diturunkan, pencarian masih berlangsung, dengan petugas dan masyarakat setempat terus berusaha menemukan korban.

Buaya Muara Sering Serang Manusia

Di wilayah Kalimantan Timur, termasuk Kabupaten Paser, jenis buaya yang paling sering terlibat dalam serangan terhadap manusia adalah buaya muara (Crocodylus porosus).

Ciri-ciri buaya muara:

Ukuran besar, bisa mencapai lebih dari 5 meter
Warna kulit coklat kehijauan dengan pola hitam di punggung
Habitat di sungai, muara, rawa, dan bahkan laut
Sangat agresif dan teritorial

Buaya ini dikenal sebagai predator puncak yang sering memangsa hewan besar dan kadang menyerang manusia jika merasa terganggu atau melihat pergerakan di air. Jika memang ada dugaan serangan buaya di Sungai Kandilo, kemungkinan besar pelakunya adalah buaya muara.

dicari

Terus dicari oleh tim.(foto:smartrt.news/humas Polres Paser)

Buaya menyerang manusia umumnya disebabkan oleh beberapa faktor yang berkaitan dengan perilaku buaya itu sendiri dan situasi di sekitarnya. Beberapa penyebab utama serangan buaya terhadap manusia antara lain:

  1. Pertahanan Teritorial

Buaya sangat teritorial, terutama buaya muara. Jika manusia masuk ke wilayah mereka, baik di air maupun di daratan, buaya bisa menganggapnya sebagai ancaman dan menyerang untuk mempertahankan wilayahnya.

  1. Makanan

Buaya adalah predator yang memangsa berbagai jenis hewan, dan kadang manusia juga bisa dianggap sebagai mangsa. Ketika buaya merasa lapar dan manusia berada di dekatnya, bisa saja buaya akan menyerang, apalagi jika berada di dekat sungai atau pantai di mana buaya biasa berburu.

  1. Terkejut atau Terancam

Buaya sering kali menyerang sebagai respons terhadap ancaman mendadak. Jika mereka merasa terancam oleh kehadiran manusia (misalnya, jika manusia mendekati atau tiba-tiba melintas di dekat buaya), mereka mungkin menyerang sebagai bentuk pertahanan diri.

  1. Hewan Buas yang Kekurangan Makanan

Dalam beberapa kasus, jika buaya kesulitan menemukan makanan alami mereka (seperti ikan, unggas, atau mamalia), mereka mungkin akan beralih pada manusia sebagai sumber makanan.

  1. Serangan dari Buaya yang Terlatih

Di beberapa tempat, buaya yang terlatih untuk datang mendekat karena sering diberi makan manusia (misalnya, di daerah wisata atau kebun binatang), bisa menjadi lebih terbiasa dengan manusia dan tidak lagi merasa takut. Meskipun tidak selalu agresif, buaya yang terbiasa ini kadang bisa menyerang tanpa alasan jelas.

  1. Kecelakaan atau Pertemuan Tidak Sengaja

Banyak serangan terjadi karena pertemuan tidak sengaja antara manusia dan buaya, terutama di wilayah yang menjadi habitat buaya. Misalnya, seseorang yang sedang berenang, memancing, atau berada di dekat sungai atau pantai tanpa menyadari adanya buaya di sekitar. Dalam situasi ini, buaya mungkin merasa terancam atau penasaran dan bisa menyerang.

Serangan buaya terhadap manusia, meskipun jarang, bisa sangat berbahaya karena buaya adalah predator yang kuat dan agresif. Itulah mengapa penting untuk selalu berhati-hati dan mengikuti petunjuk keselamatan saat berada di dekat habitat buaya.

Perubahan Habitat Buaya atas Ulah Manusia

Banyaknya habitat buaya yang dimanfaatkan manusia untuk kegiatan seperti tambak, pemukiman, dan pengembangan lahan memang bisa menjadi salah satu penyebab peningkatan interaksi antara manusia dan buaya, yang pada gilirannya dapat meningkatkan potensi serangan buaya terhadap manusia.

Beberapa faktor yang berkaitan dengan perubahan habitat buaya menjadi area yang dimanfaatkan manusia yang dapat memicu serangan antara lain:

  1. Perubahan Habitat Buaya

Ketika lahan atau habitat alami buaya, seperti sungai, rawa, dan pesisir, dikembangkan untuk kegiatan manusia. Seperti pembukaan lahan untuk pertanian, tambak, atau pemukiman. Buaya terpaksa mencari wilayah baru untuk mencari makan dan tempat berlindung. Buaya sering kali terpaksa berpindah ke area yang lebih dekat dengan pemukiman atau kegiatan manusia, sehingga meningkatkan kemungkinan pertemuan yang berujung pada serangan.

  1. Gangguan terhadap Ekosistem

Penggunaan lahan untuk tambak atau kegiatan pertanian di sepanjang sungai atau daerah rawa bisa merusak ekosistem alami tempat buaya mencari makan. Akibatnya, buaya bisa bergerak lebih jauh dari habitatnya yang biasa untuk mencari mangsa. Jika manusia berada di jalur tersebut, serangan bisa terjadi karena mereka dianggap sebagai ancaman atau potensi mangsa.

  1. Peningkatan Populasi Buaya

Dalam beberapa kasus, kegiatan manusia yang mengubah habitat juga bisa mengarah pada peningkatan populasi buaya.  Terutama jika mereka menemukan tempat yang lebih banyak sumber makanan. Dalam situasi seperti ini, interaksi manusia dan buaya akan lebih sering terjadi, dan hal ini meningkatkan peluang serangan.

  1. Konflik Sumber Daya

Buaya adalah predator yang bergantung pada ekosistem tertentu untuk berburu dan berkembang biak. Ketika manusia memasuki wilayah tersebut, mereka mungkin mengganggu proses berburu buaya atau memengaruhi populasi mangsa alami buaya (misalnya ikan atau unggas). Buaya bisa merasa terganggu dan lebih cenderung menyerang untuk mempertahankan akses ke sumber daya yang terbatas.

  1. Pembangunan di Kawasan Rawan

Dalam beberapa kasus, pembukaan lahan untuk tambak atau kawasan pemukiman dilakukan di kawasan yang sudah lama menjadi habitat buaya. Tanpa pemahaman yang cukup mengenai pentingnya melindungi wilayah tersebut, manusia secara tidak sengaja menciptakan titik pertemuan antara habitat buaya dan pemukiman manusia.

  1. Gangguan Perilaku Buaya

Ketika buaya sering terpapar dengan aktivitas manusia (seperti pembuangan limbah atau interaksi langsung), mereka bisa terbiasa berada dekat dengan manusia, bahkan menganggap manusia sebagai sumber makanan. Hal ini dapat membuat buaya lebih agresif atau tidak takut pada manusia.

Secara keseluruhan, perkembangan lahan yang mengubah habitat buaya dan mengurangi ruang gerak mereka. Selain itu disertai dengan meningkatnya interaksi manusia, memang dapat menjadi faktor yang memperbesar risiko serangan buaya terhadap manusia. Karena itu, sangat penting untuk melakukan pengelolaan habitat dan perlindungan yang hati-hati terhadap daerah-daerah yang merupakan habitat buaya.

Jenis Buaya Langka di Kaltim

Kalimantan Timur (Kaltim) terdapat beberapa jenis buaya yang dikenal memiliki ciri khas atau bahkan cukup langka. Mengenai buaya kodok dan badas hitam, ini adalah dua nama yang merujuk pada jenis buaya yang berbeda dan memang memiliki reputasi langka.

  1. Buaya Kodok
  • Nama ilmiah: Crocodylus novaeguineae (Buaya Papua)
  • Ciri-ciri: Buaya kodok dikenal dengan bentuk tubuh yang lebih kekar dan ukurannya yang lebih kecil dibandingkan dengan jenis buaya lainnya. Biasanya ditemukan di wilayah pesisir dan sungai-sungai di daerah Papua dan sebagian Kalimantan, termasuk Kaltim. Nama “kodok” merujuk pada bentuk tubuh buaya ini yang bulat atau lebih gemuk, menyerupai kodok.
  • Status: Jenis ini termasuk langka dan terancam punah karena habitatnya yang semakin berkurang serta perburuan ilegal. Buaya kodok lebih sering ditemukan di habitat yang lebih terisolasi dan jauh dari kegiatan manusia.
  1. Buaya Badas Hitam
  • Nama ilmiah: Crocodylus siamensis (Buaya Siam)
  • Ciri-ciri: Buaya badas hitam memiliki ciri khas berwarna hitam keabu-abuan dengan tubuh yang lebih ramping. Jenis ini lebih aktif dan agresif dibandingkan buaya jenis lainnya. Buaya badas hitam sering ditemukan di wilayah hutan hujan tropis di Kalimantan Timur dan daerah sekitarnya. Nama “badas” merujuk pada perilaku buaya ini yang lebih ganas dan tangguh.
  • Status: Buaya ini juga sangat langka, dengan populasinya yang terancam akibat hilangnya habitat alami serta aktivitas manusia. Meskipun keberadaannya terbatas, beberapa kawasan konservasi di Kaltim mulai berusaha melindungi spesies ini.

Kedua jenis buaya ini termasuk dalam kategori yang dilindungi oleh hukum. Baik untuk menjaga kelestariannya maupun untuk menghindari kerusakan lebih lanjut pada ekosistem alami mereka. Keberadaan buaya-buaya langka ini memang semakin terancam oleh berbagai faktor, termasuk pembukaan lahan, perburuan, dan perubahan iklim.

Penting untuk menjaga keseimbangan ekosistem dan mendukung upaya konservasi untuk spesies-spesies langka seperti buaya kodok dan badas hitam agar tetap bertahan hidup di alam liar. ***