Air Bersih di Balikpapan: Janji Konstruktif atau Sekadar Janji Renovasi?

Oleh editor johan pada 10 Agu 2025, 12:04 WIB

Waduk Manggar, Balikpapan. (smartrt.news)

Smartrt.news, BALIKPAPAN – Kota Balikpapan tengah berada di persimpangan kritis: sebagai kota industri sekaligus penyangga Ibu Kota Nusantara (IKN), tekanan terhadap pasokan air bersih terus meningkat.

Waduk Manggar, sumber utama air baku, memiliki kapasitas sekitar 900 liter/detik, gtidak cukup untuk saat ini, namun jelas tidak memadai di masa depan.

Menurut kajian, pada tahun 2015 Waduk Manggar hanya mampu memenuhi sekitar 73 % total kebutuhan air kota. Proyeksi menunjukkan kapasitas ini akan turun ke 60,7 % pada tahun 2035 jika tidak ada sumber lain,

Selain itu, saat krisis kemarau pada Oktober 2023, PDAM sempat melakukan sistem distribusi bergilir, karena Waduk Manggar dan Teritip mengering drastis. Produksi air bahkan sempat turun hingga 64 % Ini memperjelas bahwa dari segi kuantitas, Balikpapan sedang berada di ujung tanduk.

Eksperimen Swasta: Solusi atau Tergantung?

Untuk merespons situasi ini, 1 Agustus 2025 pemerintah kota menjalin nota kesepahaman dengan PT Arsari Tirta Pradana (ATP)—anak usaha dari Arsari Group—untuk suplai air bersih dari Bendungan Arsari.

Kesepakatan mencakup evaluasi triwulanan dan koordinasi setiap enam bulan selama 5 tahun

Namun, kolaborasi ini tidak bisa dilihat sebagai jawaban tunggal. Tanpa reformasi infrastruktur distribusi, seperti reduksi bocoran, energi investasi besar bisa sia-sia.

Angka kehilangan air mencapai 27 %, sementara sekitar 70 % jaringan pipa berada di bawah badan jalan, menyulitkan perbaikan.

Kondisi Terkini: Safer, Tapi Tidak Aman Total

Hingga awal Agustus 2025, level air baku masih dalam kategori aman dan distribusi belum terganggu meski curah hujan menurun. Namun, “aman” di sini hanya bersifat relatif dan tidak menjamin keberlanjutan saat puncak kemarau tiba.

Dengan pertumbuhan penduduk sekitar 2,2–3,5 % per tahun, Balikpapan diperkirakan mencapai lebih dari 1,2 juta jiwa pada 2040. Kebutuhan air baku pun diperkirakan naik drastis menjadi 3.856 liter/detik, 249 % dari kapasitas saat ini

RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah) meresponsnya dengan rencana diversifikasi: pembangunan Waduk Teritip, Aji Raden, dan sistem SPAM Sepaku-Semoi. Namun, realisasi proyek ini memang masih lambat dan membutuhkan pengawalan serius

Janji, Tantangan, dan Tanggung Jawab Kolektif

Nota dengan ATP adalah langkah, tapi bukan jawaban lengkap. Tanpa modernisasi jaringan distribusi, investasi hanya sebatas menambah beban infrastruktur.

Privatisasi air tanpa proteksi konsumen bisa menjadikan air hak dasar malah mahal. Klausul tarif dan regulasi harus ketat diatur.

Berita “aman” itu menenangkan, tapi jangan mengendurkan kewaspadaan. Musim kemarau puncak belum datang.

Perencanaan masa depan harus lebih progresif. Selain pengerjaan infrastruktur baru, kita perlu pendekatan berbasis ekologi dan partisipatif: konservasi daerah resapan, sistem daur ulang air, dan proteksi sumber permukaan.

Balikpapan berpotensi jadi pionir dalam pengelolaan air kota modern—tapi itu hanya mungkin jika fakta dan data jadi fondasi keputusan, bukan narasi manis belaka.

Tanpa keberanian politik, transparansi, dan partisipasi publik, krisis air tidak akan ditundanya saja—tapi menjadi beban nyata yang menimpa warga. Air bukan komoditas untuk dimainkan, melainkan hak dasar yang harus dijaga dan dijamin. ***

(Tim Smartrt.news/Johan)

Tinggalkan Komentar