Program Cek Kesehatan Gratis Ungkap Masalah Serius di Kalangan Pelajar

Oleh redaksi-j pada 17 Jul 2025, 01:32 WIB
Direktur Pelayanan Kesehatan Keluarga Kemenkes, dr. Lovely Daisy saat berbicara dalam Media Briefing Diskusi Redaksi (DIKSI) yang digelar Kementerian Komdigi di Jakarta, Rabu (16/7/2025). (Foto: Amiri Yandi/InfoPublik)

Direktur Pelayanan Kesehatan Keluarga Kemenkes, dr. Lovely Daisy saat berbicara dalam Media Briefing Diskusi Redaksi (DIKSI) yang digelar Kementerian Komdigi di Jakarta, Rabu (16/7/2025). (Foto: Amiri Yandi/InfoPublik)

Smartrt.news, BALIKPAPAN – Program Cek Kesehatan Gratis (CKG) yang resmi dimulai pada 14 Juli 2025 untuk siswa Sekolah Rakyat, telah membuka tabir permasalahan kesehatan yang cukup serius di kalangan pelajar Indonesia.

Pemeriksaan yang dilakukan serentak bertepatan dengan masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS) itu telah menjangkau sedikitnya 7.300 siswa di 72 sekolah, dan hasil awalnya cukup mengejutkan.

Menurut Direktur Pelayanan Kesehatan Keluarga Kementerian Kesehatan, Lovely Daisy, dari data sementara pemeriksaan di tiga sekolah terhadap 355 siswa — yang terdiri atas 175 siswa SMP dan 180 siswa SMA — sebesar 52,11 persen siswa memerlukan pemeriksaan lanjutan.

“Program ini memang dirancang untuk menyaring masalah kesehatan yang dialami anak-anak sejak dini. Bila ditemukan indikasi lanjut, siswa akan dirujuk ke puskesmas atau fasilitas layanan kesehatan lainnya,” ujar Daisy dalam Diskusi Redaksi (DIKSI), Rabu (16/7/2025).

Masalah Kesehatan Terbanyak: Karies Gigi dan Gangguan Penglihatan

Dari hasil screening di tiga sekolah tersebut, berikut daftar masalah kesehatan yang paling banyak ditemukan:

  • Karies gigi: 42,8%
  • Gangguan penglihatan: 21,9%
  • Gizi kurang: 13,8%
  • Prahipertensi: 11,5%
  • Anemia: 10%
  • Hipertensi: 9,8%
  • Pradiabetes: 5,6%
  • Risiko gangguan jiwa: 1,9%

“Pemeriksaan ini tidak sekadar formalitas. Temuan seperti anemia atau pradiabetes bisa jadi indikator awal masalah kronis bila tidak segera ditindaklanjuti,” tambah Daisy.

Pemeriksaan Disesuaikan Jenjang, Fokus pada Reproduksi dan Talasemia

Program CKG sekolah mencakup berbagai aspek mulai dari status gizi, tekanan darah, kebugaran, TBC, mata, telinga, gigi, kesehatan jiwa, hingga reproduksi. Pemeriksaan dilakukan langsung di sekolah oleh tenaga kesehatan dari puskesmas.

Adapun untuk beberapa jenjang pendidikan, terdapat pemeriksaan khusus:

  • Kelas 4–6 SD (Putri): Cek kesehatan reproduksi
  • Kelas 1 SD: Cek riwayat imunisasi
  • Kelas 7 SMP: Gula darah
  • Kelas 9 SMP (Putri): Imunisasi HPV
  • Kelas 10 SMA (Putri): Cek anemia
  • SMP–SMA: Skrining risiko talasemia

“Misalnya untuk mengetahui risiko talasemia, kami perlu melihat riwayat keluarga dan hasil pemeriksaan lebih lanjut,” jelas Daisy.

Dukung Program Quick Win Presiden Prabowo

Program CKG merupakan bagian dari Program Hasil Terbaik Cepat (Quick Win) milik Presiden Prabowo Subianto yang telah bergulir sejak 10 Februari 2025 melalui jaringan Puskesmas dan Klinik Kesehatan.

Hingga pertengahan Juli ini, program CKG telah menyentuh lebih dari 12 juta warga masyarakat umum, dan untuk segmen sekolah, sebanyak 53,8 juta pelajar di 282 ribu satuan pendidikan menjadi sasaran utama.

Hadapi Kendala Lapangan, Kemenkes Tegaskan Juknis Sudah Disosialisasikan

Menanggapi keluhan adanya perbedaan standar pemeriksaan di lapangan, Daisy menegaskan bahwa Kemenkes sudah menyebarluaskan petunjuk teknis (juknis) kepada seluruh tenaga kesehatan.

“Kami selalu monitor pelaksanaannya dan pastikan semua puskesmas mendapatkan pelatihan,” tegasnya.

Dengan capaian awal yang cukup signifikan, program CKG di sekolah diharapkan tak hanya mendeteksi dini masalah kesehatan pelajar, tetapi juga membangun kesadaran hidup sehat sejak usia dini, serta memperkuat sistem jaminan kesehatan berbasis BPJS Kesehatan sebagai rujukan lanjutan.

(Tim Smartrt.news/Johan/Sumber : Kemenkes/Info Publik)